Potensi Budidaya Rumput Laut di Masa Indonesia Emas

Potensi Budidaya Rumput Laut di Masa Indonesia Emas

Oleh: Febianna Hijra Syairraini


Apa yang ingin kamu katakan saat kata “rumput laut” melewati pikiranmu? Pangan kaya nutrien? Pangan ramah lingkungan? Produk fungsional? Produk unggulan masa depan?

Kalau ‘ya’, berarti tebakanmu benar! Rumput laut merupakan bahan pangan nabati yang sangat banyak pengembangan produknya, lho! Ditambah lagi, Indonesia memiliki potensi lokasi yang unggul dalam kegiatan budidaya rumput laut.

Untuk mempersingkat, mari kita sebut saja rumput laut dengan nama kerennya, ya! Mari kita sebut ia dengan nama seaweed.

Budidaya rumput laut atau seaweed di Nusa Lembongan, Bali (via: global-gallivanting.com)

Mengapa budidaya seaweed penuh akan potensi?

Alasan pertama adalah karena ia merupakan tanaman yang kaya akan gizi. Lalu, apa saja yang terkandung di dalamnya, ya?

Seaweed memiliki kandungan serat dan abu yang tinggi berdasarkan berat keringnya, yakni masing-masing berada pada angka 25.05–39.67% dan 37.15–46.19%. Kandungan makromineral dan mikromineralnya pun cukup tinggi, yakni 12.01–15.53% dan 7.53–71.53 mg.100 g−1.

Namun, kandungan lipid yang dimiliki oleh seaweed ini cukup rendah, yakni hanya sekitar 0.29– 1.11% saja (Matanjun et al. 2008).

Tak cukup satu alasan, seaweed berpotensi dikembangkan di masa depan karena dalam proses budidayanya bersifat ramah lingkungan. Alasan utamanya karena proses budidaya seaweed tidak memerlukan penggunaan pupuk dan pestisida yang membahayakan lingkungan. Bahkan, kegiatan budidaya seaweed dapat menghemat 29.313 ton pupuk kimia, 1.873 ton pestisida, dan 62.492 ha lahan budidaya, yang dibandingkan dengan budidaya tanaman terestrial (Zheng et al. 2019).

Zheng et al. (2019) juga menjelaskan bahwa selain tidak merugikan lingkungan, budidaya seaweed juga memiliki peran penting terhadap lingkungan. Alasannya, seaweed ini merupakan makroalga yang dapat berfotosintesis, ia mampu menyerap CO2, kemudian melepaskan O2 ke udara. Budidaya seaweed juga mampu mengurangi konsentrasi nitrogen dan fosfat dalam perairan serta melepaskan iodin yang bermanfaat untuk metabolisme tumbuhan akuatik.

Tak cukup dua alasan? Yap! Ada satu hal lagi — khusus buat kamu — yang perlu diperhatikan. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa seaweed ini dapat diolah menjadi berbagai bentuk dan dapat dimanfaatkan untuk banyak sektor. Berdasarkan pernyataan Koch et al. (2021), selain sektor pangan, berikut beberapa contoh lainnya dari aplikasi seaweed. Yuk, simak!

Sektor kesehatan — Kaya akan kandungan bioaktif seperti serat, antioksidan, mineral, dan asam lemak omega-3, menjadikan seaweed sangat layak untuk dijadikan bahan baku pendukung kesehatan manusia, khususnya penyakit kronis. Berdasarkan penelitian Pereira dan Valado (2021), contoh aplikasinya diterapkan dalam pengobatan penyakit neurodegeneratif, seperti Parkinson, Alzheimer, Multiple Sclerosis, dan penyakit kronis lainnya.

Sektor pakan hewan — Animal feed atau pakan hewan merupakan sektor yang terus berkembang karena pada dasarnya para peternak menginginkan produktivitas yang tinggi pada industri ternaknya. Penggunaan seaweed sebagai bahan baku pakan sudah diterapkan dalam industri pakan karena dapat meningkatkan kesehatan hewan ternak.

Konstruksi ramah lingkungan berupa balutan atap dan tembok dari seaweed pada sebuah rumah hunian di Denmark (via: inhabitat.com)

Sektor non-pangan — Seaweed juga dapat diterapkan untuk produk selain pangan, nih! Contoh produknya adalah seperti bio-packaging dan material konstruksi hijau. Salah satu material yang menarik adalah pelapis atap dan tembok pada rumah hunian. Seaweed dipilih sebagai material bangunan karena sifatnya sebagai insulator (dapat menjaga suhu rumah tetap hangat), mampu meredam api, dan tidak mengandung racun. Selain itu, seaweed tahan lama karena memiliki daur kehidupan hingga 150 tahun, lho!

Sektor energi — Jangan sampai bagian-bagian seaweed yang tidak termanfaatkan terbuang, ya! Karena setiap bagian seaweed dapat diolah juga menjadi biodiesel tanpa adanya kompetisi dengan tanaman pangan. Biodiesel yang berbahan dasar seaweed lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan lahan yang subur atau sumber air tawar, sebagaimana biodiesel dari tanaman biofuel lainnya.

Pembudidaya seaweed di Nusa Penida, Bali (via: wholesaleexportportal.blogspot.com)

Sangat worth-it untuk kita budidayakan!

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Akan tetapi, peringkat pertama produsen seaweed dunia jatuh kepada negara China, dengan nilai produksi 58.62%. Indonesia pun merelakan posisinya pada peringkat kedua yang nilai produksinya 28.6%, disusul negara Korea Selatan (5.09%) dan Filipina (4.19%) (Zhang et al. 2022). Padahal, lokasi Indonesia sangat strategis apabila dijadikan lokasi budidaya seaweed. Indonesia disinari cahaya matahari sepanjang tahun yang memungkinkan kegiatan budidaya seaweed dapat dilakukan setiap waktu. Selain itu, perairan Indonesia juga tenang, sehingga jarang didatangi bencana tornado atau angin topan yang dapat menghancurkan lokasi budidaya seaweed.

Pemerintah Indonesia kini sudah kian gencar memberikan perhatian lebih untuk budidaya seaweed. Mengutip dari laman resmi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) yang dirilis Februari lalu, Pemerintah saat ini sudah memiliki pilot project dalam pengembangan industri komoditas laut yang menggandeng beberapa lembaga, yakni BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional), KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan), Sea6, Prospera, MTCRC (Marine Technology Cooperation Research Center), Konservasi Indonesia, dan Universitas Mataram untuk mewujudkan proyek yang aman dari segi sosial-ekonomi dan ekosistem lingkungan. Tentu, hal ini merupakan gerbang utama pengembangan potensi seaweed di Indonesia.

Tentunya, alasan-alasan tersebut sangat mendukung budidaya seaweed terus berkembang. Terlebih lagi, peningkatan jumlah penduduk membuat produsen makanan harus bersiap memikirkan alternatif dari sumber pangan terestrial. Lahan semakin sempit dan sumberdaya sudah semakin menipis. Metode produksi bahan pangan tentu akan banyak berbeda di masa yang akan datang. So, bagaimana pendapatmu soal potensi ini?

Mengingat akan potensinya yang luar biasa, seaweed harus benar-benar diberi perhatian khusus agar nantinya dapat dikembangkan lebih jauh lagi. Generasi muda Indonesia harus berperan, terutama Gen Z, yang mana tahun 2045–2050 nanti merupakan masa produktifnya. Negara kita akan memasuki masa Indonesia Emas, yakni adanya bonus demografi, yang mana generasi usia produktif akan mendominasi di masa tersebut.

Dear Aquaculturist, dan seluruh generasi muda Indonesia!

Sudah siapkah berperan untuk memajukan bangsa?

 


Daftar Pustaka

Koch S, van den Burg S, Nauta R, van der Werf A. 2021. The Role of Seaweed in The Future Food System. Wageningen Economic Research: Wageningen (NL).

Matanjun P, Mohamed S, Mustapha NM, Muhammad K. 2008. Nutrient content of tropical edible seaweeds, Eucheuma cottonii, Caulerpa lentillifera and Sargassum polycystum. Journal of Applied Phycology. 21(1): 75–80. doi:10.1007/s10811–008–9326–4.

Pereira L, Valado A. 2021. The seaweed diet in prevention and treatment of the neurodegenerative diseases. Marine Drugs. 19(3):128. doi:10.3390/md19030128.

Zhang L, Liao W, Huang Y, Wen Y, Chu Y, Zhao C. 2022. Global seaweed farming and processing in the past 20 years. Food Production, Processing and Nutrition. 4(1). doi:10.1186/s43014–022–00103–2.

Zheng Y, King R, Zhang X, Wang Q, Wu J. 2019. The considerable environmental benefits of seaweed aquaculture in China. Stochastic Environmental Research and Risk Assessment. 33. 10.1007/s00477–019–01685-z.


Identitas Penulis

Nama penulis adalah Febianna Hijra Syairraini, dengan NIM C1401211010. Berasal dari IPB University, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Saat ini berusia 21 tahun dan tinggal di Kota Depok, Jawa Barat. Bidang keilmuan yang diminati sesuai dengan topik ini, yakni komoditas rumput laut. Penulis memiliki ketertarikan pula dalam bidang kesehatan organisme akuatik. Bidang ketertarikan yang diminati penulis adalah kepenulisan, desain grafis, dan fotografi. Oleh karena itu, hobi penulis adalah membaca bacaan apapun, menulis tulisan apapun, dan memfoto objek lucu apapun.