Keberlanjutan Marikultur di Tengah Perubahan Iklim, Kerusakan Ekosistem, dan Kualitas Air Laut yang Semakin Menurun

images (42)

Keberlanjutan Marikultur di Tengah Perubahan Iklim, Kerusakan Ekosistem, dan Kualitas Air Laut yang Semakin Menurun

Apa kalian pernah membaca atau mendengar hal-hal yang berkaitan dengan marikultur? Atau bahkan kalian belum tahu apa itu marikultur? 

Kegiatan akuakultur atau yang sering disebut budidaya memiliki tiga macam perairan yang dapat digunakan sebagai media dalam memelihara organisme air yang menjadi komoditasnya. Perairan tersebut terdiri dari budidaya air tawar (fresh water), air payau (brackish water), dan air laut (mariculture). Perairan yang digunakan tergantung pada wilayah dan komoditas yang akan di budidayakan.

Jadi, Apa Itu Marikultur?

Mariculture atau yang kita kenal dengan marikultur adalah kegiatan budidaya yang meliputi pememeliharaan, pengelolaan, dan pemanenan organisme laut pada lingkungan alaminya atau menyerupai lingkungan alaminya. Lokasi yang dipilih biasanya meliputi perairan tertutup ataupun perairan terbuka, dengan wadah seperti keramba, tangki, hatchery, bak beton, dan lain-lain. Perairan yang dipilih sebagai tempat budidaya laut umumnya merupakan perairan yang sudah teruji kelayakan air dan ekosistemnya. Air dan ekosistem marikultur menjadi salah satu aspek penting, karena berpengaruh untuk keberlanjutan dari marikultur itu sendiri.

Ekosistem Seperti Apa yang Dibutuhkan dalam Marikultur?

Ekosistem marikultur yang baik adalah suatu sistem yang dapat memfasilitasi budidaya organisme laut, biasanya di area perairan laut yang dikontrol atau semi-kontrol. Komponen utama dari ekosistem marikultur mencakup organisme budidaya seperti ikan laut, moluska, krustasea, dan alga; kualitas air laut harus dipertahankan agar sesuai dengan kebutuhan spesifik dari organisme yang dibudidayakan; serta sarana dan prasarana seperti tambak, jaring apung, rakit, dan kolam yang digunakan untuk memelihara organisme. Ekosistem di perairan laut harus sangat mendukung kegiatan budidaya, karena ekosistem yang baik akan memberikan kesempatan hidup yang optimal bagi biota budidaya (Permana dan Haji 2018).

Dilihat dari pentingnya ekosistem laut untuk kegiatan marikultur, kita harus memiliki ekosistem laut yang baik dan terjaga kualitasnya, namun apakah ekosistem laut yang kita punya sudah memadai?

Seperti yang kita tahu, bumi akan mengalami evolusi, begitu juga dengan komponen-komponen yang terdapat di dalam bumi, salah satunya laut! Perairan laut akan mengalami perubahan—yang pastinya perubahan ini berdampak signifikan untuk marikultur lho—baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Banyak permasalahan laut yang akan kita hadapi kedepannya, nah, apa aja sih permasalahannya?

1. Sampah dan Limbah

Laut sering kali menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah, sehingga hidup dan kehidupan biota laut menjadi terganggu akibat menumpuknya sampah dan limbah. Adanya buangan limbah dari kegiatan antropogenik akan mengakibatkan ekosistem perairan menjadi paling menderita. Hal ini disebabkan letak topografi ekosistem perairan yang umumnya terletak di bagian bawah, sehingga limbah yang berasal dari manapun, baik yang berasal dari kegiatan pembangunan yang terjadi di daratan maupun dari kegiatan pembangunan yang terjadi di ekosistem perairan itu sendiri akan masuk ke dalam ekosistem perairan. 

2. Kegiatan Industri

Bayaknya kegiatan industri juga akan mengakumulasikan gas karbon, sulfur, dan oksida yang akan meyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Melimpahnya efek rumah kaca di atsmofer inilah yang akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim global, serta terjadinya hujan asam di area tersebut. Apabila hal ini terus-menerus terjadi, akan mengakibatkan terjadinya pengasaman air laut (Marques et al. 2010).

3. Perubahan Iklim

Menjadi salah satu topik yang ramai diperbincangkan, karena perubahan iklim menjadi tantangan terbesar dengan dampak tidak kalah besar juga untuk kegiatan marikultur. Perubahan iklim dapat mengakibatkan pengasaman laut akibat emisi karbon dioksida, peningkatan suhu laut karena pemanasan global, dan deoksigenasi laut yang akan berbahaya bagi komoditas budidaya yang mengisi kolom perairan. Ketiga dampak tersebut jika terjadi secara bersamaan dapat menjadi ‘trio mematikan’ karena dapat membuat keanekaragaman hayati laut lebih rentan dan mengurangi ketahanan ekosistem merikultur (European Environment Agency 2023).

Trio Mematikan Laut yang Hadir dari Perubahan Iklim!
Pengasaman Laut

Emisi karbon dioksida yang menyebabkan pengasaman laut akan mengurangi kadar kalsium karbonat untuk organisme laut, hal tersebut mengakibatkan beberapa organisme laut yang menjadi komoditas ataupun pakan dalam budidaya, seperti karang, moluska, dan plankton kesulitan dalam membangun serta mempertahankan integritas strukturalnya (cangkang dan kerangka). Pengasaman laut ini, bahkan dapat menghilangkan kerangka karbonat pada perairan (Fransner et al. 2022). 

Peningkatan Suhu Laut

Pemanasan global dapat menyebabkan laut menyerap panas secara berlebih, penyerapan panas secara berlebih ini yang akan menyebabkan suhu laut meningkat secara berkala. Sejak tahun 1970 laut mengalami peningkatan suhu secara  terus menerus hingga kini, peningkatan suhu air laut akan mengubah metabolisme organisme di dalamnya. Menurut EAA (2022), air yang laut yang semakin hangat akan meningkatkan kebutuhan oksigen (kandungan karbon dioksida meningkat) serta merubah pergerakan dan jangkauan distribusi organisme akuatik laut akibat perubahan rantai makanan. 

Deoksigenasi Laut

Peningkatan suhu laut yang berkelanjutan akan menyebabkan deoksigenasi laut atau hilangnya oksigen dalam air laut. Oksigen yang secara alamiahnya merupakan penunjang dari kehidupan organisme budidaya akan menjadi salah satu aspek penting yang harus terus ada konsentrasinya dalam air laut. Ketidakadaannya oksigen dalam air laut dapat menyebabkan hipoksia, anoksia, dan kematian pada komoditas budidaya. Bopp et al. (2013), bahkan memperkirakan 3-4% kadar oksigen di laut akan hilang pada 2100. 

Pembedahan yang dilakukan untuk mengetahui ekosistem marikultur, tantangan, dan dampaknya membuat kita tahu seperti apa kondisi ekosistem laut untuk kegiatan marikultur saat ini. Lantas dengan banyaknya tantangan laut dan dampaknya yang sudah kita ketahui, akan seperti apa keberlanjutan dari kegiatan marikultur?

Keberlanjutan ekosistem marikultur di era perubahan iklim membutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan responsif. Perubahan iklim membawa tantangan besar seperti kenaikan suhu air laut, perubahan pola arus laut, pengasaman laut, kenaikan permukaan laut, perubahan pola curah hujan, dan meningkatnya frekuensi badai. Untuk menjaga keberlanjutan marikultur, berbagai strategi perlu diimplementasikan.

Strategi Keberlanjutan Marikultur
  1. Pemilihan komoditas marikultur—Memilih komoditas yang lebih tahan terhadap perubahan suhu dan salinitas, dengan fleksibilitas fisiologis tinggi akan lebih mampu bertahan dalam kondisi yang berubah. 
  2. Kualitas air marikultur—Pengelolaan kualitas air yang efektif harus diterapkan, termasuk penggunaan teknologi untuk mengontrol suhu dan kualitas air dalam sistem budidaya. Teknologi mencakup penggunaan sensor dan sistem pemantauan otomatis untuk menjaga kondisi optimal bagi organisme budidaya. 
  3. Diversifikasi lokasi marikultur—Diversifikasi lokasi budidaya juga merupakan strategi kunci, dengan memilih lokasi yang lebih aman dari dampak perubahan iklim dapat mengurangi risiko kerugian. 
  4. Pengelolaan marikultur—pengelolaan yang bijaksana terhadap sumber daya alam dan lingkungan juga esensial. Ini termasuk pengendalian limbah budidaya untuk mencegah polusi, serta melindungi ekosistem alami seperti terumbu karang dan hutan bakau yang mendukung kehidupan organisme budidaya. 

Keberlanjutan ekosistem marikultur di era perubahan iklim dapat dicapai melalui kombinasi adaptasi teknologi, diversifikasi lokasi, pengelolaan sumber daya yang bijaksana, dan pengembangan infrastruktur yang tangguh.


Daftar Pustaka

Bopp L, Resplandy L, Orr JC, Doney SC, Dunne JP, Gehlen M, Halloran P, Heinze C, Ilyina T, Séférian R, et al. 2013. Multiple stressors of ocean ecosystems in the 21st century: projections with CMIP5 models. Biogeosciences. 10(10):6225-6245. 

EEA. 2022b. ‘Oxygen concentrations in coastal and marine waters surrounding Europe’, European Environment Agency (https://www.eea.europa.eu/ims/oxygen-concentrations-in-coastal-and).

European Environment Agency. 2023. How climate change impacts marine life (https://www.eea.europa.eu/publications/how-climate-change-impacts). 

Fransner F, Fröb F, Tjiputra J, Goris N, Lauvset SK, Skjelvan I, Jeansson E, Omar A, Chierici M, Jones E, et al. 2022. Acidification of the Nordic seas. Biogeosciences. 19(3):979-1012.

Marques TM, Wall R, Ross RP, Fitzgerald GR, Ryan CA, C Stanton C. 2010. Programming infant gut microbiota: influence of dietary and Cenvironmental factors. Curr Opin Biotechnol. 21:149-156

Permana R, Haji A.Menguak Potensi Marikultur Sebagai Budidaya Berkelanjutan. ResearchGate. 1(1): 1-12.