Revitalisasi Perikanan Melalui Inovasi: Mengungkap Keajaiban Teknologi Bioflok
Revitalisasi Perikanan Melalui Inovasi: Mengungkap Keajaiban Teknologi Bioflok
Apa itu budidaya dengan teknologi bioflok? Apa saja keunggulannya?
Budidaya adalah kegiatan pemeliharaan yang melibatkan beberapa segmentasi seperti pembenihan, pendederan, dan pembesaran ikan pada wadah yang terkontrol dengan tujuan menghasilkan produk atau meningkatkan biomassa yang bernilai komersil (YouTube: Info Perikanan dan Perairan). Kegiatan budidaya dapat dilakukan dengan keberagaman sistem kerja yang berbasis teknologi, salah satu sistem kerja yang umum digunakan dalam pembesaran karena memiliki banyak keunggulan dan mudah diaplikasikan adalah bioflok. Bioflok adalah salah satu metode alternatif dalam menyelesaikan masalah kualitas air buangan dan pakan dalam budidaya ikan. Bioflok berasal dari kata bios yang artinya kehidupan dan floc yang bermakna gumpalan, sehingga bioflok adalah teknologi budidaya perikanan dari kumpulan atau gumpalan berbagai mikroorganisme seperti bakteri, jamur, alga, protozoa, dan lain sebagainya (Safitri 2019).
Prinsip dari teknologi bioflok adalah asimilasi nitrogen anorganik seperti amonia, nitrit, dan nitrat oleh bakteri heterotrof (Widodo et al. 2020). Teknologi yang juga disebut sebagai lumpur aktif ini, mengadopsi pendekatan pengolahan biologis air limbah dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk meningkatkan kandungan karbon dan nitrogen dalam sistem. Penambahan materi karbon oleh bakteri heterotrof dapat mengubah nitrogen anorganik dari feses dan pakan menjadi protein sel tunggal. Hasilnya, protein tersebut dapat menjadi sumber pakan yang bermanfaat bagi ikan (Faridah et al. 2019).
Teknologi bioflok tidak hanya ramah lingkungan, tetapi mampu mengoptimalkan konversi pakan
-Muhammad Roikhan
Pemeliharaan bakteri aerob dilakukan untuk merombak racun-racun yang berada pada kolam akibat feses serta sisa pakan, penekanan jumlah amonia juga terjadi oleh bakteri-bakteri tersebut. Nutrisi dari ekskresi dan sisa-sisa pakan ikan digunakan oleh mikroorganisme untuk meningkatkan populasi, membentuk gumpalan yang disebut floc. Floc ini dapat digunakan sebagai alternatif pakan bagi ikan. sehingga penerapan teknologi budidaya ikan bioflok banyak dipilih karena efisiensi dalam penggunaan air, pakan, dan lahan melalui padat tebar yang tinggi, serta berorientasi pada keberlanjutan lingkungan (Denhero et al. 2021).
Bagaimana penerapan dari teknologi bioflok?
Metode bioflok dimulai dengan pembuatan kolam yang umumnya bundar. Kolam bioflok yang telah diisi air tidak dapat langsung digunakan dalam budidaya ikan, air dalam kolam dibentuk menjadi flok-flok sebagai bahan pakan ikan. Proses pembuatan bioflok dilakukan melalui fermentasi selama lima hari menggunakan bahan-bahan seperti air kelapa, gula merah, nanas, probiotik, tempe, molase, ragi, yakult, dan tepung. Media bioflok yang mengandung probiotik membentuk flok-flok yang dapat berfungsi sebagai pakan ikan (Faridah et al. 2019).
Menurut Roikhan, bioflok prinsipnya adalah memelihara bakteri yang berada pada air. Umumnya para pembudidaya dengan teknologi bioflok akan menggunakan molase atau gula sebagai bahan tambahan pada air, tetapi AquaBioFresh yang dinaungi oleh Roikhan lebih memilih memperkaya bakteri baik (probiotik) yang sudah berada dalam air dengan pemeliharaan air yang tepat. Parameter air harus diperhatikan, seperti suhu, pH, DO (Dissolved Oxygen), amonia, dan alkalinitas yang. AquaBioFresh penyiapan air dan ikan secara bersamaan dengan menempatkan ikan pada kolam yang telah diisi air untuk beradaptasi (aklimatisasi), setelah ikan sudah stabil maka dapat dilakukan penambahan mineral pada air untuk menjaga pertumbuhan bakteri air.
Teknologi bioflok menjadi alternatif utama dalam menangani limbah pada budidaya intensif, keuntungan utamanya adalah kemampuan dalam menurunkan limbah nitrogen anorganik dari sisa pakan dan kotoran. Teknologi ini mampu menyediakan pakan tambahan berprotein untuk hewan budidaya, yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan bagi ikan atau udang, mengatasi limbah akuakultur, serta dapat mengurangi nitrogen anorganik (amoniak, nitrit dan nitrat) sehingga dapat memperbaiki kualitas air. Bioflok yang terbentuk memiliki potensi sebagai pakan tambahan dengan kandungan nutrisi protein tinggi, pemanfaatan bioflok sebagai pakan tambahan dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan dalam budidaya (Zahra et al. 2019). kondisi air dengan teknologi bioflok juga jauh lebih bagus karena dalam 2-3 minggu dapat menekan kandungan ammonia pada air sampai jumlahnya menjadi nol, selain itu pergantian airnya juga dapat dikurangi atau ditiadakan, namun akan lebih baik bila dilakukan pergantian air sebanyak 5-10 cm per hari. Ikan yang dihasilkan juga tidak memiliki bau seperti bau lumpur dan memiliki harga jual yang lebih tinggi, menurut Roikhan.
Selain keunggulan, teknologi bioflok juga punya kekurangan, lho!
Sistem bioflok yang memiliki banyak kelebihan juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu kurangnya penggantian air kolam sehingga pembudidaya perlu melakukan pengamatan yang lebih sering dan teliti untuk mencegah kenaikan kadar nitrogen. Flok yang terlalu pekat dapat berbahaya karena dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen terlarut, yang bisa menjadi masalah serius dan mengakibatkan kematian massal pada ikan. Penting untuk menangani dengan cepat dan tepat agar tidak menghambat proses panen (Denhero et al. 2021). Kekurangan dari sistem bioflok juga adalah membutuhkan biaya listrik yang tinggi karena adanya aerasi yang memadai selama 24 jam pada setiap kolamnya, genset juga diperlukan sebagai antisipasi pada saat mati lampu. Tingginya biaya listrik nantinya akan terbayar dengan profit yang didapat karena akan jauh lebih tinggi.
Daftar Pustaka
Denhero GD, Nugraha IPED, Jasa L. 2021. Perancangan sistem monitoring dan kontrol kualitas air serta pemberian pakan otomatis pada budidaya lele bioflok berbasis internet of things. Jurnal SPEKTRUM. 8(4):135-146.
Faridah F, Diana S, Yuniati Y. 2019. Budidaya ikan lele dengan metode bioflok pada peternak ikan lele konvesional. CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 1(2):224-227.
Zahra A, Sakinah S, Putri B. 2019. Pengaruh feeding rate (FR) yang berbeda terhadap pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara dengan sistem bioflok. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 7(2):86-98.